Julianna Margulies – Mayoritas saham perbankan Indonesia dalam kelompok KBMI 3-4 mengalami kenaikan pada sesi perdagangan pertama hari Kamis (12/10/2023), meskipun ketidakpastian masih cukup tinggi di pasar. Pada pukul 10:28 WIB, dari total 13 saham bank dalam kelompok KBMI 3-4, sepuluh saham mengalami peningkatan nilai, satu saham cenderung stagnan, sementara dua saham mengalami pelemahan.
Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menjadi saham bank dengan kenaikan terbesar pada sesi pertama hari ini, mengalami peningkatan sebesar 4,35% dan mencapai nilai Rp 5.400 per unit. Saham BBNI sebelumnya telah melakukan stock split atau pemecahan saham pada tanggal 6 Oktober lalu, yang kemungkinan telah mempengaruhi kinerja sahamnya.
Meskipun pasar masih dipenuhi oleh ketidakpastian, terutama di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, beberapa saham perbankan Indonesia dalam kelompok KBMI 3-4 telah menunjukkan ketahanan dan potensi pertumbuhan. Kenaikan nilai saham BBNI menjadi salah satu contoh kuat dari tren positif yang masih ada di sektor perbankan, yang memperlihatkan bahwa investor masih melihat potensi dalam industri ini meskipun gejolak ekonomi global yang belum mereda.
Saham Perbankan Kembali Bergairah
Meskipun sentimen pasar global masih belum stabil, saham-saham perbankan tampaknya telah menemukan semangatnya kembali. Ini terjadi meski ketidakpastian semakin meningkat akibat konflik di Timur Tengah yang tengah berlangsung. Investor juga tengah memantau dengan cermat rilis data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat (AS) untuk periode September 2023.
Data CPI AS yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia sangat dinantikan oleh pelaku pasar global. Angka inflasi ini akan menjadi penentu bagi kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) ke depan. Jika inflasi masih tetap tinggi, itu dapat mencerminkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi panas, dan The Fed mungkin akan kesulitan untuk melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini dapat berdampak pada kebijakan suku bunga, yang mungkin akan dinaikkan pada bulan November mendatang. Dengan demikian, pasar global akan merasakan dampaknya jika The Fed memutuskan untuk mengambil langkah tersebut.
Prediksi CPI AS
CPI AS mengalami fluktuasi yang cukup signifikan pada bulan lalu. Diprediksi naik sebesar 0,3% secara bulanan, menunjukkan adanya kenaikan harga dalam berbagai sektor ekonomi. Namun, data ini juga menunjukkan tren penurunan secara tahunan sebesar 3,6%, meskipun angka ini masih di atas target inflasi yang diinginkan.
Perlu dicatat bahwa bulan sebelumnya, pada Agustus 2023, CPI AS mencapai 3,7% secara tahunan, yang merupakan kenaikan yang cukup signifikan dari bulan Juli sebelumnya yang hanya sebesar 3,2%. Kenaikan inflasi ini mengundang perhatian banyak pihak, terutama investor dan otoritas kebijakan ekonomi.
Investor sedang sangat memperhatikan data inflasi ini karena mereka percaya bahwa informasi ini akan memiliki dampak besar pada kebijakan suku bunga The Fed. Dengan pertemuan The Fed yang akan dimulai pada 31 Oktober, kebijakan suku bunga menjadi fokus utama. Data CPI yang dirilis akan memainkan peran penting dalam membantu The Fed menentukan apakah perlu ada perubahan dalam kebijakan suku bunga, yang akan memiliki dampak signifikan pada pasar keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.